BERITA UIN
Umrah dan Keterjagaan Ibadah
UINSGD.AC.ID (Humas) — Keterjagaan ibadah, masuunatul ‘ibadah, adalah hikmah yang paling utama dari seluruh rangkaian perjalan ibadah umrah. Karena itu, sepulang ibadah umrah, sejatinya terbangun kesadaran untuk berusaha sekuat tenaga menjaga ibadah. Untuk sampai pada tujuan itu, dalam narasi generasi salafus shalihin dikenal fostulat, ashlul’ibadati al-qoliilu minadz-dzanbi, induk dari ibadah adalah sedikit berbuat dosa.
Dalam petunjuk Allah pada Qs. An-Nisa ayat 111, dijelaskan “Siapa saja yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia tengah mengerjakannya kesulitan (kemudharatan) untuk dirinya sendiri”. Diantara ragam kesuluitan itu, diintrodusir oleh Ibnul Qoyim Al-Jauziah dalam bukunya Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, diantaranya sebagai berikut;
Pertama, setiap dosa akan melukis noda. Ibnu Qoyim mengutip perkataan Hudzaifah, “Ketika seorang hamba melakukan dosa, hatinya akan ditandai dengan titik hitam. Jika dosa terus berulang, hatinya akhirnya menjadi seperti domba yang terbalik, yakni hati yang terbalik dari fitrahnya.” Dalam produktivitas berbuat dosa, sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti. Hati seorang manusia akan gelap penuh noda.
Kedua, setiap dosa bisa menutup cahaya. Fudhail bin Iyadh, ujar Ibnul Qoyyim pernah berkata: “Semakin kecil dosa itu terlihat dalam pandanganmu, semakin besar ia di sisi Allah. Sebaliknya, semakin besar dosa itu terasa dalam hatimu, semakin kecil ia di sisi Allah.” Karena itu, “sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati, sedangkan maksiat adalah penutup sekaligus pemadam cahaya tersebut”.
Ketiga, setiap dosa akan menghalagi datangnya rizki, Rasulullah Saw bersabda; “Sungguh, seorang hamba akan terhalang dari rezeki karena dosa yang diperbuatnya.” (HR. Ahmad). Ibnul Qayyim lebih jauh berkata, “takwa kepada Allah menjadi kunci pembuka pintu rezeki, sedangkan lalai dalam takwa justru dapat mengundang kefakiran. Rezeki hanya akan mengalir ketika seseorang menjauhi segala bentuk maksiat”.
Keempat, dosa memperburuk perilaku. Dalam hal ini, Ibnul Qoyim mengutip steatemen salafus shalihin, “Aku mendapati bahwa ketika aku bermaksiat kepada Allah, dampaknya terlihat pada akhlak hewan tungganganku dan perilaku istriku.” Dalam kepungan dosa, efek rembesannya adalah lahirnya perilaku buruk dari lingkungan yang mengintarinya, entah keluarganya, cyrcle-nya, bahkan hewan peliharaannya.
Kelima, dosa menghilangkan keberkahan. Ibnul Qoyim menegaskan kembali bahwa dosa yang diperbuat memiliki dampak memperpendek umur dan menghilangkan keberkahannya. Sebagaimana kebaikan dapat menambah umur, keburukan justru memperpendeknya. Dalam kepunga kemaksiatan, segala kebaikan dari apa yang dimilikinya tak kan kunjung datang dan menemani.
Berikutnya, dampak dari dosa adalah melahirkan kembali dosa, menurut Ibnul Qoyim salah satu akibat berbahaya dari dosa adalah menumbuh suburkan dosa-dosa serupa, bahkan bisa melahirkan dosa berikutnya. Hal ini terus berlanjut hingga sulit bagi seorang hamba untuk meninggalkan dan keluar darinya.
Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama salaf: ‘Sesungguhnya salah satu hukuman dari sebuah keburukan adalah keburukan lain setelahnya. Dan sesungguhnya salah satu ganjaran dari sebuah kebaikan adalah kebaikan lain setelahnya”.
Kembali ke awal, keterjagaan ibadah, baik pada kutub kuantitasnya, kualitasnya dan kontinuitasnya, dengan menghindari diri dari seluruh bentuk kemaksiatan, adalah orientasi utama dari perjalan ibadah umrah. Hal itu niscaya dilakukan, sebab orientasi dari penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan dalam Qs. Al-Hijr: 99, Allah menegaskan, “Dan beribadahlah kepada Tuhanmu, sampai yakin ajal menjemputmu”. Semoga.
Aang Ridwan, Pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour dan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Bandung.
Berita Lainnya
-
Umrah dan Keterjagaan Ibadah
27 December 2024 -
Tebar Cinta Kasih, Kuatkan Bangunan Kemanusiaan
25 December 2024 -
Bentuk PUSPENMA, PTKIN Optimis Tata Kelola Beasiswa Semakin Baik
24 December 2024 -
Pulang
24 December 2024