BERITA UIN
Umrah dan Rute Perubahan
UINSGD.AC.ID (Humas) — Setelah bersama-sama mengikuti kajian di Masjid Nabawi, seorang rekan yang sudah lama bermukim sebagai muthawwif di Haramain pernah bercerita. Suatu saat ketika di Madinah, ia pernah mengantar seorang Jamaah beserta belasan karyawannya belanja perhiasan. Seluruh isteri karyawannya yang saat itu diberangkatkan umrah, masing-masing mendapat hadiah perhiasan.
Hal yang membuat rekan saya begitu kagum, bahwa Jemaah yang menghadiahi perhiasan isteri dari karyawannya itu berprofesi sebagai “tukang sedot tinja”.
Lalu penulis, teringat materi kajian yang baru saja disampaikan narasumber di Nabawi, tentang masarut taghyir, rute perubahan. Sembari menyitir Qs. Ar-Ra’du ayat 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
Narasumber kajian kali itu menegaskan, “bila dunia sekarang belum berpihak kepadamu, segera kamu lakukan perubahan. Sebab kelinci yang terluka sekalipun bisa sebrutal serigala bila dia melakukan perubahan. Sebaliknya seekor serigala yang brutal sekalipun ia akan punah ketika enggan untuk berubah.
Rute perubahan yang ditawarkan pada kajian istimewa yang sempat penulis catat, setidaknya ada empat. Bermula dari memiliki hasrat yang kuat, membangun tabiat, terbuka atas nasihat, hingga menghindar dari maksiat.
Membangun hasrat, imtilaku syaghofi, adalah rute perubahan paling fundamental. Kata mereka yang mengambil jalur pengabdian sebagai motivator, “Tidak ada malam pertama, bagi pengantin yang kehilangan hasrat bercinta karena kelelahan resepsian”. Tidak ada perubahan tanpa hadirnya hasrat yang kuat.” Dengan hasrat yang kuat, sampah bisa menjadi berkah, bahkan tembaga bisa menjadi emas.
Dalam kasus “tukang sedot tinja” yang diceritakan rekan saya, bahwa dengan hadirnya hasrat yang kuat untuk berubah, kotoran yang lazimnya sebagai sampah, bisa menjadi berkah. Karenanya ia bisa memberangkat umrah karyawan dan isterinya. Tidak hanya itu kotoran ditangannya, bisa menjadi perhiasan yang mempercantik penampilan seluruh isteri karyawannya.
Dari kepemilikan hasrat yang kuat untuk berubah, lazimnya akan memantik seseorang untuk singgah pada rute perubahan berikutnya, yakni membangun tabiat, binauth thobaiy. Einstein pernah berkata; “Banyak orang mengira bahwa kepintaranlah yang membuat seseorang menjadi Ilmuwan besar. Mereka semua keliru, sesungguhnya seorang ilmuwan bisa menjadi besar karena thabiat atau karakternya.
Lebih jauh ilmuwan legendaris itu menegaskan, pengetahuan akan memberimu kekuatan yang tertandingi. Sedangkan thabiat akan memberimu energi yang tak tertandingi. Proses membangun tabiat dimulai dari; usaha mengenali diri sendiri, memiliki prinsip hidup, membangun habituasi positif, dan bergerak pasti meski dalam gradasi.
Rute perubahan berikutnya terbuka atas nasihat, at-taftahu linnasiihati.
Dalam perjalan perubahan, agar tetap memiliki energi, tidak low batt hingga terjaga dari ambruk ataupun terpuruk, siapapun sangat membutuhkan nasihat. Nasihat berfungsi sebagai vitaminnya bathin atau nutrisi ruhani. Karena itu, pejalan kaki di rute perubahan membutuhkan kehadiran guru yang bisa membanjirinya dengan ilmu dan nasihat.
Rute yang tak kalah penting di jalan perubahan adalah menghindar dari maksiat, al-ibti’adu ‘anil ma’shiati. Dalam Qs. An-Nisa ayat 111, Allah menegaskan, “Siapa yang mengerjakan maksiat, maka sesungguhnya ia ia tengah mengerjakannya kesulitan (kemudharatan) untuk dirinya sendiri.”
Perjalan ibadah umrah dengan berbagai kegiatan yang menyertainya, adalah kolam ruhani yang teramat bening. Di kolam itu, siapapun bisa mengambil manfaat untuk melakukan perubahan. Semoga
Aang Ridwan, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Berita Lainnya
-
Kabar Duka dari Pascasarjana
23 December 2024 -
UIN Bandung Masuk 15 PTN Bereputasi Versi Scimago 2024
22 December 2024 -
Hari Ibu: Menag Harap Kaum Perempuan Makin Berdaya
22 December 2024